Pebulutangkis Fajar Alfian sempat mengobrol soal kondisinya kepada Marcus Fernaldi Gideon. Terutama soal pressure ganda putra nomor 1 dunia.
Fajar/Rian memang menjadi sorotan tajam setelah prestasinya terus menurun. Padahal mereka pasangan peringkat nomor satu dunia.
Puncaknya saat di Asian Games 2023, mereka gagal mewujudkan target. Jangankan meraih medali emas, medali pun tak mampu mereka bawa pulang ke Tanah Air.
“Ada mengobrol sama Fajar sih sebenarnya kemarin,” kata Marcus ketika dijumpai di Pelatnas PBSI, Cipayung, seusai latihan.
“Ya, tiap orang tahu lah pasti presurenya banyak. Enggak ada yang tahu saya bagaimana. Mungkin kalau Kevin (Sanjaya Sukamuljo) mentalnya lebih kuat, kan enggak tahu juga. Setiap orang kan pribadinya masing-masing ya,” lanjutnya.
Namun begitu, bagi Marcus, achievement yang sudah diraih Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto saat ini juga tidak bisa disebut jelek.
“Menurut saya bagus lah. Mainnya bagus tapi musuhnya banyak pelajari juga, banyak baca juga, sekarang teknologi juga gampang. Apalagi ranking 1 dunia dipantau semua orang dan ya kita sama-sama usaha lah yang terbaik,” kata eks pebulutangkis nomor 1 dunia tersebut.
Baca juga: Ranking BWF: Fajar/Rian Tergusur dari Peringkat 1 Dunia |
“Mau juara terus, ya susah lah ngomongnya. Seperti An Se Young, (Viktor) Axelsen mungkin dia kualitasnya di atas banget dari postur, skill, sagala macam,” kata Marcus.
Bersama Kevin, Marcus sendiri pernah tercatat sebagai pasangan ganda putra paling bersinar. Mereka berada di peringkat satu dunia selama lima tahun atau sejak 2017 hingga September 2022.
Kala itu, Minions, julukan fans badminton untuk Kevin/Marcus cukup ditakuti ganda-ganda putra negara lain. Namun, seiring performa mereka yang menurun dan Marcus yang menjalani pemulihan cedera sehingga mereka banyak melewatkan beberapa turnamen.
Kondisi itu membuat mereka mau tak mau tergerus bahkan hingga saat ini menempati peringkat 22 dunia.
“Ingat dulu bagaimana (saat masih jadi ranking 1 dunia), tidur susah, malam juga banyak pikiran, ya harus banyak-banyak berdoa lah. Memang pikiran banget, tidur malam susah apalagi kalau pertandingan, kita sebelum berangkat harus juara,” Marcus menceritakan.
“Kalau final (dianggapnya) kalah. Fajar juga sekarang berasa tuh. Dia final di Korea, bagi semua orang dia gagal. Padahal kalau dulu, dapat final sudah bagus di Korea, kan turnamen besar.”
“Sebenarnya semakin tinggi (ranking), pressure pasti semakin besar juga, tapi sudah biasa seharusnya. Cuma setiap pribadi kan masing-masing caranya,” Marcus menegaskan.
Baca juga: Bulutangkis Gagal di Asian Games, Liem Swie King: Mesti Introspeksi! |